ARTICLE AD BOX

Raksasa minyak sawit asal Malaysia, FGV Holdings Bhd, bakal delisting dari bursa setelah sahamnya anjlok lebih dari 70 persen sejak penawaran umum perdana (IPO) pada 2012.
Mengutip Reuters, saat itu, IPO FGV senilai USD 3,3 miliar bahkan lebih besar dibanding pencatatan saham perdana Facebook di tahun yang sama.
Nama FGV langsung mencuri perhatian internasional, apalagi didukung Morgan Stanley, JPMorgan Chase, hingga Deutsche Bank AG. Namun, perjalanan gemilang itu tak bertahan lama.
Sejak melantai di bursa, saham FGV terus merosot. Investasi yang buruk, pergantian 10 CEO dalam 12 tahun terakhir, hingga konflik di ruang rapat membuat nilai pasar miliaran dolar lenyap.
Analis di Kuala Lumpur menyebut kisah FGV sebagai peringatan bagi investor untuk berhati-hati dengan perusahaan terkait pemerintah.
"Ini adalah kesempatan yang hilang bagi Malaysia," kata Ahmad Fauzi Abdul Hamid, profesor ilmu politik di Universiti Sains Malaysia seperti yang dikutip, Senin (18/8).
"Ini bisa menjadi usaha yang akan mengubah nasib petani kecil dan posisi Malaysia di industri kelapa sawit global,” imbuhnya.
FGV memproduksi sekitar 3 persen pasokan minyak sawit dunia, yang digunakan dalam berbagai produk, mulai dari minyak goreng hingga cokelat. Namun, produktivitas FGV tertinggal dibanding pesaing, baik dari segi hasil panen maupun efisiensi ekstraksi minyak.
Pemegang saham mayoritas, Otoritas Pengembangan Lahan Federal (Felda), berulang kali menuding FGV berkinerja buruk. FGV sendiri menyalahkan faktor eksternal seperti harga min...