ARTICLE AD BOX

Lemper, makanan tradisional Indonesia berbahan dasar ketan dengan isian ayam suwir, biasanya dibungkus daun pisang dan dikukus. Namun kali ini, lemper tampil berbeda dengan isian ayam berbumbu gochujang, pasta cabai khas Korea, serta sentuhan nori yang memperkaya rasa dan tekstur.
Itu adalah lemper bakar saus Gochujang, kreasi Thjing Man Lie, dosen Baking and Pastry, Akademi Sages. Memadukan cita rasa Jawa, Manado dan Korea. Lemper ayam gochujang ini mirip lalampa alias lemper Manado, hanya saja isiannya yang biasa ikan, kali ini diisi dengan daging ayam.
Thjing mengatakan lemper gochujang bukan sekadar kreasi kuliner, melainkan juga bentuk dialog budaya melalui makanan.
“Ini disebut gastronomi. Nah gastronomi itu bukan sekadar teknik masak yang identik dengan makanan keluar asap ya. Ini tentang rasa, sejarah, filosofi, dan nilai budaya. Kita menyatukan unsur dari Jawa, Sulawesi, dan Korea dalam satu sajian,” ungkap Thjing, kepada Basra, Rabu (23/7).
Thjing menuturkan, ketan sebagai bahan dasar lemper memiliki makna simbolis dalam banyak budaya Asia, tak hanya di Indonesia. Di Jawa, ketan melambangkan ‘kelet-keletan’ atau harapan untuk keterikatan dan keharmonisan, terutama dalam upacara pernikahan. Di Korea, ketan digunakan dalam sajian khas saat perayaan Chuseok, Thanksgiving versi Korea, seperti songpyeon dan yaksik.

"Kita punya kesamaan budaya makan ketan. Di Indonesia ketan untuk lemper, di Korea ada yaksik yang isinya kacang, kurma merah, dan dimasak pakai kecap asin ...