ARTICLE AD BOX

Pengamat Pendidikan Edi Subkhan menanggapi wacana Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melarang sekolah memberikan PR (Pekerjaan Rumah) kepada siswanya.
Menurut Edi, pemberian tugas kepada siswa tidak melulu bersifat akademis. PR dapat diganti dengan observasi lingkungan setempat atau kegiatan sosial.
Sebab, dia berharap jangan sampai dengan tidak adanya PR, anak mencari kegiatan lain yang justru tidak bermanfaat.
"Menurut saya, asalkan PR dipahami sebagai pemberian tugas yang tidak melulu akademik sifatnya, tapi menugaskan siswa mengenal lingkungan, observasi ke lingkungan desa tempat tinggal siswa, menulis laporan keikutsertaan mereka ikut acara di kampung," kata Edi Subkhan kepada wartawan, Kamis (5/6).
"Ini yang harus ditegaskan, bahwa kalaupun melarang PR, jangan sampai anak-anak itu kemudian keluyuran tidak jelas, apalagi menghabiskan waktu bermain gadget hingga tidak terkontrol dan ketagihan misalnya," lanjut Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Semarang ini.

Selain itu, pelarangan PR kepada siswa juga perlu dikaji lebih dalam karena selama ini masih sedikitnya riset tentang dampak PR bagi siswa.
"Tapi semua ini tentu perlu kajian ilmiah dalam konteks setempat, karena beberapa kajian terkait PR lebih banyak dilakukan peneliti internasional, di Indonesia sejauh ini belum ada yang konsentrasi penuh mengkaji dampak PR berlebih ke anak didik," ungkapnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan melarang sekolah memberikan PR kepada siswa karena dinil...