ARTICLE AD BOX

Di tengah hiruk-pikuk kontestasi politik yang kerap memadati ruang publik dengan baliho dan spanduk, Korea Selatan menawarkan pendekatan berbeda.
Pemilu presiden Negeri Ginseng akan digelar Selasa, 3 Juni 2025. Di tengah bayang-bayang darurat militer dan pergantian kekuasaan mendadak, jalan-jalan di Seoul, Suwon, hingga Busan tetap rapi.
Tak ada baliho saling tindih, tak ada poster lusuh menempel di tiang listrik.
Komisi Pemilihan Umum Korea Selatan menyediakan kampanye visual dalam satu spanduk berisi tujuh kandidat dengan desain seragam.
Tak ada dominasi warna partai atau jargon berlebihan. Hanya foto resmi, nomor urut, dan tagline yang disusun simetris.
Penempatannya pun strategis, umumnya di jalur utama kota, lorong stasiun subway, hingga sejumlah titik di kawasan publik tanpa mencederai estetika kota.
Meski demikian, beberapa tim pemenangan tetap melakukan kampanye jalanan, dengan pendekatan yang minim gangguan.
Di Suwon, sekelompok relawan pendukung Lee Jae-myung—kandidat nomor 1—berdiri tenang di trotoar, mengangkat papan bertuliskan nama sang calon.

