Tembang Macapat di Malam 1 Suro: Doa Baik untuk Mengawali Tahun

4 jam yang lalu 1
ARTICLE AD BOX
 Dok. Pemda DIYMocopatan di Keraton Yogyakarta pada malam 1 Suro. Fot: Dok. Pemda DIY

Malam 1 Suro di Yogyakarta yang jatuh pada Kamis (26/6) malam kemarin bukan dirayakan dengan pesta, konser, atau kembang api, justru diisi dengan doa-doa dalam senyap, lewat tembang-tembang macapat yang dilantunkan dengan khusyuk.

Penghageng Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Projosuwasono, mengatakan sebagian orang percaya, tembang-tembang itu berasal dari tokoh spiritual legendaris tanah Jawa, salah satu dari Wali Songo: Sunan Kalijaga.

“Kita ketahui bahwa tembang-tembang ono kidung rumekso ing wengi, dan sebagainya, percaya boleh, tidak percaya enggak masalah, itu dikarang oleh Sunan Kalijaga. Orang mengatakan demikian, apakah benar atau tidak, wallahu a'lam, kita tidak tahu. Tapi kalau saya mengatakan itu, dikarang oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, temen-temen ini semua percaya,” kata Projo ditemui Pandangan Jogja, Selasa (24/6).

“Kalau tahun Masehi, tanggal 1 Januari, malam 1 Januari, dengan hura-hura. Tetapi kalau tahun Hijriah, tahun Jawa, biasanya tidak disertai dengan hura-hura. Dengan banyak berdoa,” tambahnya.

Tembang macapat ini menjadi pengantar spiritual sebelum prosesi Mubeng Beteng dimulai. Abdi Dalem Keraton Yogyakarta sekaligus pembimbing Paguyuban Macapatan Kridhamardawa, Isdarmoko, mengatakan bahwa tembang yang dilantunkan bukan sekadar seni. Tembang macapat adalah sarana permohonan kepada Tuhan untuk mengawali tahun dengan kebaikan.

Tembang-tembang macapat yang dilantunkan di antaranya Pangkur, Sinom, Mijil, Kinanthi, Dhandhanggula, dan Asmaradana yang berisi kidung-kidung untuk tolak bala hingga doa untuk negara. Ada juga kidung-kidung yang mengadopsi ayat...

Baca Selengkapnya