Saat Istana Bogor Jadi Saksi Negosiasi Konflik Thailand-Kamboja 2011 Lalu

4 hari yang lalu 4
ARTICLE AD BOX
 Yudhistira Amran Saleh/kumparanIlustrasi Istana Bogor. Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan

Pemerintah Indonesia mengatakan akan memantau dengan saksama dalam merespons konflik perbatasan Thailand-Kamboja yang kembali memanas. Dahulu Indonesia lebih aktif dalam menengahi konflik ini.

Berdasarkan penelusuran kumparan, peran aktif Indonesia terjadi pada 2011. Terutama setelah kedua pasukan negara tersebut bentrok pada awal 4-7 Februari 2011--sebanyak 7 orang disebut tewas.

Peristiwa ini bermula ketika PM Kamboja saat itu Hun Sen meminta bantuan kepada Dewan Keamanan PBB membantu penanganan konfliknya dengan Thailand. DK PBB merespons positif lalu menunjuk Indonesia, yang sedang menjadi Ketua ASEAN, untuk turun tangan.

Mantan Menlu RI Marty Natalegawa dalam peluncuran bukunya, Kamis (30/8). Foto: Denny Armandhanu/kumparanMantan Menlu RI Marty Natalegawa dalam peluncuran bukunya, Kamis (30/8). Foto: Denny Armandhanu/kumparan

Dalam pertemuan di DK PBB itu, perwakilan Indonesia adalah Marty Natalegawa yang kala itu menjabat Menteri Luar Negeri Indonesia. Dari sana ketiga negara melakukan pertemuan non-formal di Jakarta tepatnya pada 22 Februari 2011.

Hasil pertemuan itu salah satunya adalah Kamboja-Thailand sepakat untuk menempatkan 30 observer Indonesia di wilayah perbatasan yang disengketakan.

Ketiga negara kemudian kembali duduk bersama di Istana Bogor pada 7-8 April 2011. Rapat itu bertajuk the Joint Border Committee (JBC) Meeting diikuti oleh masing-masing perwakilan Kementerian Luar Negari: Indonesia Marty Natalegawa, Kamboja Hor Namhong, dan Thailand Kasit Piromya.

Ada dua elemen kunci yang dibahas dalam pe...

Baca Selengkapnya