Rayakan 100 Tahun, Rumah Batik dari Pekalongan Oey Soe Tjoen Gelar Pameran

8 jam yang lalu 1
ARTICLE AD BOX
 Oey Soe TjoenBatik Oey Soe Tjoen. Aset: Oey Soe Tjoen

Tak banyak yang tahu nama Oey Soe Tjoen. Namun di kalangan pencinta batik tulis halus, nama ini punya arti besar—bahkan legendaris.

Berdiri sejak 1925 di Kedungwuni, Pekalongan, rumah batik Oey Soe Tjoen telah menjadi saksi perjalanan sejarah Indonesia selama satu abad. Sehingga kini batik Oey Soe Tjoen (OST) bukan hanya kain, melainkan juga menjadi karya seni.

Rumah batik yang didirikan oleh pasangan Oey Soe Tjoen dan Kwee Tjoen Giok Nio, ini lahir dari pertemuan banyak budaya—Jawa, Tionghoa, Eropa, hingga Arab. Lokasi Pekalongan sebagai kota pesisir dan pusat perdagangan di masa lalu, membuat batik OST tumbuh dengan corak yang kaya. Mulai dari bunga khas Belanda seperti buketan, lalu berkembang menjadi corak peranakan Tionghoa seperti lotus dan anggrek.

Jika dilihat sekilas, mungkin tampilan batik ini sama dengan lainnya. Namun di balik itu, pembuatan batik Oey Soe Tjoen tak bisa sembarangan dan membutuhkan waktu yang lama hingga tahunan. Sebab setiap helai batik Oey Soe Tjoen dibuat dengan tangan, ditulis di dua sisi kain, menggunakan teknik pewarnaan rumit, dan penuh detail. Proses panjang ini adalah upaya untuk menjaga tradisi dan kualitas, seperti yang diwariskan langsung dari generasi ke generasi.

Menariknya lagi, dulu batik OST sempat populer di kalangan bangsawan dan jadi mas kawin favorit sebelum masa pendudukan Jepang. Setelah itu, batik OST kemudian masuk ke ranah seni tinggi. Karyanya dikoleksi oleh museum di Amerika Serikat, Eropa, Asia, bahkan masuk ke rumah lelang internasional.

Tantangan mempertahankan rumah batik Oey Soe Tjoen

Perjalanan batik i...

Baca Selengkapnya