Mereka yang Bertahan di Perbatasan Thailand-Kamboja: Lebih Baik Mati di Rumah

5 jam yang lalu 2
ARTICLE AD BOX
Sejumlah pengungsi beristirahat saat konflik Thailand dan Kamboja di salah satu tempat pengungsian di Srisaket, Thailand, Sabtu (26/7/2025). Foto: Stringer/ReutersSejumlah pengungsi beristirahat saat konflik Thailand dan Kamboja di salah satu tempat pengungsian di Srisaket, Thailand, Sabtu (26/7/2025). Foto: Stringer/Reuters

Konflik perbatasan Thailand-Kamboja memasuki hari kelima. Ratusan ribu disebut telah mengungsi meninggalkan kawasan konflik. Akan tetapi itu tak semuanya, masih ada memilih bertahan.

Mengutip AFP pada Senin (28/7), Samuan Niratpai (53), seorang petani yang mengaku setiap pagi mendengar dentuman ledakan sejak konflik ini kembali pecah pada Kamis (24/7) lalu. Bagi warga Desa Baan Bu An Nong, Provinsi Surin, Thailand, meninggalkan rumah dan ternaknya bukanlah pilihan.

"Setiap hari pukul 5 pagi saya mendengar ledakan keras. Lalu saya lari ke hutan untuk berlindung," katanya.

Istri dan tiga anaknya sudah mengungsi ke Bangkok pada hari pertama bentrokan, sementara Samuan tetap tinggal untuk menjaga ayam, tiga anjing, dan 14 kerbau yang ia baginya adalah harta paling berharga.

"Bagaimana saya bisa meninggalkan kerbau-kerbau ini? Saya akan sangat khawatir pada mereka. Setelah serangan, saya biasanya mendekati mereka dan berkata, 'Tidak apa-apa, kita masih bersama,'" katanya.

Korban tewas sejauh ini tecatat telah mencapai 35 orang--sebagian besar warga sipil--sementara lebih dari 200 ribu orang mengungsi dari rumah mereka.

Seorang prajurit Kamboja berdiri di atas truk yang mengangkut peluncur roket BM-21 buatan Rusia melintas saat konflik Thailand dan Kamboja di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja, Jumat (25/7...                    </div>

                    <div class= Baca Selengkapnya