Merayakan Idul Adha dengan Tradisi Ngejot di Bali

2 minggu yang lalu 9
ARTICLE AD BOX
 Denita BR Matondang/kumparanSuasana pemotongan dan pembagian daging kurban dengan tradisi "ngenjot" di Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Perayaan Idul Adha di halaman Kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Bali selalu menjunjung rasa toleransi dan kerukunan antar-umat beragama.

Tanpa pandang agama, sejumlah warga terlibat saat pelaksanaan kegiatan pemotongan daging kurban. Terlihat para pecalang atau petugas keamanan desa adat menjaga keamanan di masjid dan di kantor LDII.

Panitia daging kurban lalu membagikan daging kepada ke rumah warga non-muslim sebagai bentuk silaturahmi. Pembagian daging kurban ini disebut dengan tradisi ngejot (dalam bahasa Bali artinya adalah membagi), yang sudah berlangsung sejak abad 15 lalu sampai hari ini, Jumat (6/6).

Kekuatan dan Kerukunan

 Denita BR Matondang/kumparanSuasana pemotongan dan pembagian daging kurban dengan tradisi "ngenjot" di Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan

"Pada saat leluhur Ida Dalem Waturenggong (Raja Bali ke-IV) mengajak umat Islam dari Blambangan ke Kampung Gelgel, di situ sudah dikembangkan tradisi ngejot ini. Antar-agama, antar-suku bangsa, sebagai bentuk kekuatan Indonesia, bentuk kerukunan," kata Bandesa Agung atau Ketua Majelis Desa Adat Bali, Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet, di Gedung LDII Bali, Jumat (6/6).

Suhaket menilai prinsip Ukhuwah Islamiyah dalam Islam sebenarnya mirip dengan konsep menyama braya dalam agama Hindu, yang sama-sama menekankan pentingnya persatuan dan saling menolong.

Dia berharap tradisi ngenjot ini terus dijalankan demi menjaga hubu...

Baca Selengkapnya