ARTICLE AD BOX

Berada di newsroom, saat mengedit berita di masa lalu, ada kalanya muncul kejadian yang dapat menimbulkan senyum simpul. Kali ini terkait dengan soal ketepatan diksi dalam berita kriminal.
Nah, kisah itu hadir sebagai bagian dari perjalanan pengalaman seorang redaktur senior yang belasan tahun lalu sudah purnatugas. Beliau memang memberikan konsentrasi perhatian mendalam terhadap berita kriminal saat bertugas di lapangan.
Banyak tahun yang lalu, di sebuah rapat redaksi pada hari Senin pagi, saya pernah mendengar beliau mengisahkan manakala menemukan kasus diksi yang tidak tepat dalam berita kriminal.
Berita kriminal itu, menurut kisah beliau, mengabarkan tentang adanya kejadian kejahatan, berupa pengambilan tanpa izin sebuah tas berisi uang dan perhiasan emas yang tergeletak di kursi bagian depan sebuah mobil.
Pintu depannya telah dapat dibuka secara paksa oleh sang pelaku pada saat kejadian.
Dalam melakukan aksinya, sang pelaku melakukannya secara sembunyi-sembunyi (atau tidak ada orang yang melihatnya). Memanfaatkan kelengahan korban.
Pemilik tas (yang sekaligus pemilik mobil itu) dikabarkan tidak berada di tempat saat kejadian. Demikianlah sosok ilustrasi kasusnya.
Menjambret
Akan tetapi yang terasa menggelikan, si wartawan menggunakan kata “menjambret” untuk jenis tindak kriminalitas tersebut.
Padahal, boleh terbilang perilaku kejahatan sebagaimana terdeskripsikan, sama sekali tidak memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian kata “menjambret”.
