ARTICLE AD BOX

Bank Indonesia (BI) mengambil langkah responsif dalam menghadapi ketidakpastian global yang masih tinggi akibat konflik geopolitik di Timur Tengah dan perang tarif antara Amerika Serikat dengan sejumlah negara.
Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan, risiko eksternal tersebut tidak bisa dianggap remeh dan berpotensi menekan pasar keuangan maupun perekonomian domestik bila tidak diantisipasi dengan bauran kebijakan yang tepat.
“Secara keseluruhan kondisi ekonomi global itu meskipun ketidakpastian sudah mereda, tapi masih tinggi. Karena resiprokal tarif negosiasinya antara Amerika dengan berbagai negara terus berlangsung,” ujar Perry dalam konferensi pers, Rabu (18/6).
Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga ikut menambah kerentanan. Bahkan, tekanan global sempat terasa langsung ke dalam negeri dalam beberapa bulan terakhir.
“Dan sekarang ada ketegangan geopolitik. Tentu saja ini berdampak pada ekonomi global dan juga pasar keuangan global. Dan kalau kita lihat memang dampaknya terhadap Indonesia juga terasa dalam bulan-bulan yang lalu,” katanya.
Di tengah tekanan eksternal tersebut, BI memprioritaskan stabilitas nilai tukar rupiah sebagai instrumen utama untuk menjaga daya tahan perekonomian. Perry menegaskan komitmen penuh BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar dari sisi volatilitas maupun kesesuaiannya terhadap fundamental ekonomi.
“Di sinilah Bank Indonesia memberikan komitmen yang tinggi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Itu yang terus kami prioritaskan sejak dari awal tahun sekarang maupun ke depan,” tegas Perry.
...