ARTICLE AD BOX

Pada awal milenium, sekitar tahun 2000-an, banyak dari kita sudah meramalkan bagaimana internet akan mengubah fundamental cara manusia berkegiatan. Dulu, saya masih ingat bagaimana saat memimpin Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) era menjelang hingga tahun 2000-an awal, sosialisasi tentang internet ke berbagai pelosok negeri menjadi rutinitas.
Di berbagai forum, saya selalu mengingatkan audiens: waspadalah pada teknologi internet. Keran akan terbuka lebar bagi berbagai aktivitas manusia, mulai dari belajar, bersosialisasi, hingga berbelanja, yang semuanya akan menggunakan internet, bahkan menjadikannya sebagai infrastruktur utama. Dan terbukti, prediksi itu akurat. Internet memang merevolusi cara kita bekerja, berinteraksi, dan mengonsumsi informasi.
Namun, kini kita berada di ambang revolusi yang jauh lebih dalam dengan kehadiran kecerdasan buatan (AI). Jika internet mengubah cara kita berkegiatan, AI memiliki potensi untuk mengubah cara kita berpikir. Ini bukan lagi sekadar efisiensi dalam melakukan sesuatu, melainkan pergeseran fundamental dalam proses kognitif kita.
Ilustrasi: Dari "Koki Resep" Menjadi "Konseptor Rasa"
Untuk memahami pergeseran ini, mari kita bayangkan seorang koki.
Dulu, sebelum era internet dan AI berkembang pesat, seorang koki menghabiskan sebagian besar waktunya membaca buku resep tebal, menghafal teknik dasar, dan mengikuti langkah-langkah yang sudah ada. Fokusnya adalah pada aktivitas memasak: bagaimana memotong bawang dengan cepat, mengaduk saus dengan benar, atau mengatur waktu memanggang. Cara berpikirnya cenderung linear, mengikuti instruksi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ini seperti berpikir "bagaimana cara melakukan ini?"
Kemudian, datanglah ...