ARTICLE AD BOX

Di tengah teriknya Kota Jeddah yang menyentuh suhu 42 derajat Celcius, kawasan Al Balad tetap berdiri tenang, seolah tidak mempengaruhi waktu.
Di sela-sela peliputan kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Arab Saudi, kumparan berkesempatan untuk mengunjungi kawasan itu yang menyuguhkan kisah masa lalu dalam balutan nuansa Timur Tengah yang kental.
Di sini, antara dinding-dinding kusam berlapis kayu dan jendela-jendela tua yang mengintip dari bangunan berabad-abad lalu, sejarah dan kehidupan modern berkelindan dalam harmoni yang magis.
Al Balad--yang dalam bahasa Arab berarti "kota"--adalah kawasan tua di Jeddah, kota pelabuhan di tepi Laut Merah yang menjadi gerbang utama bagi para jemaah haji dari berbagai penjuru dunia.
Di kawasan inilah denyut pertama kota Jeddah berdebar, jauh sebelum modernisasi datang membalutnya dengan gedung-gedung kaca dan jalan tol delapan lajur. Al Balad berdiri sebagai penjaga waktu, tempat masa lalu masih hidup dalam setiap celah bangunannya.

Deretan bangunan tradisional Hijazi berdiri anggun meski telah termakan zaman. Dinding-dindingnya terbuat dari batu karang laut, dipadu kayu jati dan ukiran-ukiran halus yang menunjukkan pengaruh arsitektur Timur Tengah, Afrika, dan bahkan India. Yang paling khas adalah rawasheen, jendela kayu menjorok yang dahulu digunakan perempuan untuk mengintip jalanan tanpa terlihat dari luar. Banyak bangunan ini telah direstorasi dan kini diakui sebagai Waris...