ARTICLE AD BOX

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap praktik pengoplosan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) telah terjadi sejak lama. Akibat praktik curang ini, negara mengalami kerugian yang ditaksir mencapai Rp 10 triliun selama lima tahun terakhir.
Amran menjelaskan, temuan ini diperoleh setelah pihaknya bersama Satgas Pangan Polri, Kementerian Perdagangan, serta Badan Pangan Nasional (Bapanas) turun langsung mengecek distribusi beras SPHP di sejumlah outlet.
Dari hasil penelusuran, hanya 20 persen beras SPHP yang benar-benar dipajang, sedangkan 80 persen sisanya dioplos lalu dijual sebagai beras premium dengan harga lebih tinggi.
"Kita lihat tanya langsung tempat penyaluran SPHP yang dilakukan adalah 20 persen dipajang, 80 persen dibongkar dijual premium (harganya) naik Rp 2.000-3.000," kata Amran dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (2/7).
Lebih lanjut, Amran mengatakan praktik pengoplosan ini menyebabkan kerugian negara sekitar Rp 2 triliun per tahun, sehingga total kerugian dalam lima tahun mencapai Rp 10 triliun.
"Negara subsidi Rp 1.500, kemudian diangkat naik lagi harga Rp 2.000-3.000. Kita hitung kerugian negara Rp 2 triliun ini satu tahun. Kalau lima tahun Rp 10 triliun, yang diambil adalah Rp 1,4 triliun. Emang berat bagi kami, kami siap tanggung risiko," jelas Amran.
Amran mengakui upaya mengungkap praktik oplos beras ini bukan perkara mudah dan membawa risiko besar. Meski demikian, ia menegaskan komitmennya untuk terus melindungi kepentingan negara dan masyarakat.