Gen Z Cepat Resign: Tanda Manja atau Cari Lingkungan Kerja Sehat?

17 jam yang lalu 1
ARTICLE AD BOX
 Shutterstock/shisu_kaIlustrasi karyawan resign. Foto: Shutterstock/shisu_ka
Baru 3 bulan kerja, sudah resign?”

Kalimat tersebut sering kali terdengar jika menyangkut generasi Z di dunia kerja. Dianggap manja, kurang tahan banting, atau tidak loyal. Apakah itu benar adanya? Atau justru tempat kerjanya yang bermasalah?

Fenomena Gen Z Resign

Gen Z kini menjadi kelompok karyawan dengan pertumbuhan tercepat di dunia kerja. Namun, banyak di antara mereka yang kesulitan beradaptasi dengan budaya kerja dan tuntutan profesional, sehingga memicu keinginan untuk resign.

Survei menunjukkan bahwa hampir 50% Gen Z di seluruh dunia mengalami tekanan kerja yang tinggi. Laporan Deloitte mencatat 46% Gen Z merasa stres karena tuntutan profesional. Di Indonesia, studi di Bandung mengungkap lebih dari 75% Gen Z berniat resign karena beban kerja berlebih, gaji rendah, dan budaya kerja yang tidak mendukung.

Perubahan ini berdampak langsung pada strategi rekrutmen, retensi karyawan, budaya perusahaan, hingga kebijakan perusahaan. Hal ini menjadi perhatian bagi perusahaan untuk lebih menciptakan lingkungan kerja yang lebih adaptif terhadap karakteristik Gen Z.

Perbincangan ini semakin ramai karena didorong oleh media sosial, di mana Gen Z banyak membagikan pengalaman kerja, burnout, hingga alasan mereka keluar dari perusahaan. Isu ini menjadi topik utama baik bagi pekerja maupun perusahaan, terutama di tengah perubahan dinamika kerja pascapandemi.

Kenapa Gen Z Cepat Resign?

Resign cepat di kalangan Gen Z bukanlah sekadar fenomena biasa. Ketidakstabilan ekonomi, krisis iklim, kenaikan biaya hidup, hingga dampak pandemi menjadi latar be...

Baca Selengkapnya