ARTICLE AD BOX

Mantan Penjabat Wali Kota Pontianak, Edi Suryanto, bercerita dirinya sempat dikira intel saat baru menjabat. Ia dicurigai sebagai intel karena berasal dari KPK.
Hal ini ia ceritakan di gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, pada Rabu (4/6). Katanya, sesampainya di Pontianak, ia dikira mau memata-matai anggota DPRD hingga tokoh masyarakat.
“2 orang 1 tokoh masyarakat, 1 adalah unsur pimpinan DPRD Pontianak, sama bahasanya 'ini ngapain pemerintah pusat nyuruh orang KPK, mau mematai-matai kami ya?'. Gitu bahasanya,” cerita dia.
Namun, masalah itu tak berlangsung lama katanya. Malamnya, mantan Direktur Koordinasi dan Supervisi Wilayah I KPK itu langsung bertemu dengan seluruh jajaran DPRD.
“Di situ karena ada unsur pimpinan DPRD, sekalian ketemu, malamnya langsung ketemu saya, ketemu dengan seluruh jajaran DPRD,” ucapnya.
“Malamnya saya temui sekalian kenalan, sekaligus saya sampaikan, 'pak, masa sih KPK itu kayak mengirim intel melayu' saya bilang. ‘Apa pak maksudnya?’ ‘Intel melayu datang pakai jaket jeans terus pistolnya di tongolin, namanya intel ditongolin. Kalau di film-film kan gitu,” tandasnya.
Selain cerita Edi, Pj kepala daerah lainnya yang dikirimkan KPK juga bercerita tentang dinamika di daerahnya.
Pj Bupati Bangka Cerita Kelimpungan Urus PSU
Di kesempatan yang sama, mantan Pj Bupati Bangka, Isnaini, bercerita tentang permasalahannya mengurus pemilihan suara ulang (PSU) Pilkada Bangka 2024. Katanya, tantangan ini ia temui karena pemerintah Kabupaten Bangka tak menyiapkan anggaran untuk PSU.
“Kabupaten Bangka itu yang menang adalah kotak kosong. Dengan komposisi 57 sekian persen kotak kosong, kemudian 42 sekian persen itu adalah petahana,” ujarnya.
...