Bapanas Ungkap Penyebab Beras Mahal: Pengusaha Beli Gabah dengan Harga Tinggi

4 jam yang lalu 1
ARTICLE AD BOX
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di kantornya, Jakarta, Rabu (19/2/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparanKepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di kantornya, Jakarta, Rabu (19/2/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan

Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkap tindakan oknum yang membuat harga beras tinggi di pasaran. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan pengusaha penggilingan menjadi pelaku yang membuat harga beras tinggi.

Arief menjelaskan, pengusaha penggilingan beradu untuk membeli gabah dengan harga tinggi, hal inilah yang membuat harga pokok produksi beras kian terkerek. Padahal Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) telah ditentukan pemerintah sebesar Rp 6.500 per kg.

Hal tersebt membuat harga beras yang diterima konsumen harus lebih tinggi. Sebab penggilingan juga akan mengambil margin setelah harga produksi.

“Kenapa harga produksi tinggi? Gini, harga gabah Rp 6.500 (per kg), kamu (penggilingan) beli Rp 6.800 (perusahaan lain) beli Rp 7.000, Wilmar beli maunya Rp 7.400, Topi Koki beli Rp 7.500, Wilmar nggak mau kalah beli Rp 7.600-Rp 7.800 (per kg),” tutur Arief di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Selasa (15/7).

Menurut dia kondisi tersebut memang menguntungkan petani, tetapi seharusnya penggilingan lebih memperhatikan plafon penjualan beras sebagai produk akhir, yaitu Harga Eceran Tertinggi (HET).

Arief melihat seharusnya penggilingan menyerap gabah secara masif pada saat panen raya. Sehingga penggilingan memiliki stok yang cukup untuk produ...

Baca Selengkapnya