ARTICLE AD BOX

Di balik rimbunnya hutan di Pulau Gag, Raja Ampat, tersembunyi seekor makhluk mungil bernama tikus niken atau tikus Pulau Gag. Ia bukan sekadar tikus biasa, melainkan spesies endemik super langka yang hanya dapat ditemukan di pulau kecil ini.
Kini, kehidupan si binatang pengerat berada di ujung tanduk akibat pertambangan nikel yang ramai terjadi di Pulau Gag, mengancam habibatnya.
Hewan bernama latin Rattus nikenii itu pertama kali ditemukan oleh peneliti dari LIPI (kini BRIN), Ibnu Maryanto, bersama ilmuwan dari Museum Zoologi Bogor pada 2010 lalu. Penelitiannya sudah terbit di situs ResearchGate.
Nama “nikenii” yang disematkan pada tikus merupakan persembahan Maryanto kepada istrinya yang bernama Niken Tunjung Murti Pratiwi, karena dianggap telah memberikan pengertian berarti selama dia melakukan ekspedisi di Papua.
Tikus niken memiliki ciri bulu berwarna putih di bagian dagu dengan bulu berwarna merah kecoklatan atau kekuningan di bagian tenggorokan. Dadanya berwarna coklat hingga coklat muda, perut berwarna krem, dan daerah skrotum berwarna coklat pucat bercampur krem. Warna ventral ini sangat kontras di sepanjang sisi tubuh dengan punggung berwarna coklat muda dan abu-abu pucat.
Tikus niken jantan dewasa memiliki berat rata-rata 100 gram. Sementara betina dewasa jauh lebih ringan, sekitar 96 gram. Mereka hidup di hutan, biasanya bersembunyi di tanah dan aktif di malam hari.
