ARTICLE AD BOX

Homa, seorang perempuan berusia 40 tahun nampak begitu lelah, ketika dihampiri wartawan AFP, di Kapikoy, Turki pada Rabu (18/6). Ia menenteng dua koper dan memanggul sebuah tas ransel.
"Saya akan pergi ke Erzurum, lalu Istanbul, lalu Dubai, lalu Toronto," ucapnya.
Homa sendiri baru saja berlibur di kampung halamannya di Tehran, Iran. Ia adalah warga Iran yang bekerja sebagai analis bisnis di Toronto, Kanada. Keluarganya juga tinggal di sana.
Saat akan kembali ke Kanada, perang dengan Israel meletus. Tehran dihujani bom dan rudal, sehingga Iran menutup semua penerbangan.
Homa yang 'terdampar' di kampung halamannya sendiri harus kembali ke Toronto. Ia mencari cara lain, dengan bus, menyeberang ke Turki dan menempuh perjalanan sejauh 850 kilometer.
Ia pergi dari Teheran pada Selasa (17/6) pagi ke perbatasan Kapikoy, untuk mencapai provinsi Van di Turki, dan tiba di sana pada Rabu (18/6) siang.
"Saya rasa, keluarga-keluarga di Iran tidak aman, dan saya khawatir," kata Homa kepada AFP.
Saat berada di Teheran, Homa tak bisa tidur selama 5 hari berturut-turut. Ia terus mendengar suara rudal, ledakan, dan bom-bom yang berjatuhan di timur Teheran.
Internet juga terputus. Ia tak bisa mengakses media sosialnya.
"Internet sungguh buruk. Saya tak bisa mengaktifkan VPN. Telegram, WhatsApp, Instagram, semua disaring dan WiFi juga hidup-mati-hidup-mati," kata Homa.
Mereka yang Tak Gentar, Pulang ke Iran di kala Perang
Jik...