ARTICLE AD BOX

Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2026 memunculkan dua perbedaan angka antara Kemenkeu dengan Bappenas.
Perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2026 dipaparkan saat Rapat Kerja Banggar DPR RI membahas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) RAPBN 2026, di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (1/7).
Awalnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan di kisaran 5,2-5,8 persen.
Target tersebut mempertimbangkan kontribusi utama dari pertumbuhan investasi dan konsumsi masyarakat.
“Target bisa tercapai apabila investasi tumbuh mendekati 6 persen secara tahunan, konsumsi tumbuh antara 5 persen hingga 5,5 persen, dan pertumbuhan ekspor terjaga stabil di 6,3 persen hingga 6,8 persen,” kata Sri Mulyani.
Asumsi ekonomi makro yang dipakai Kemenkeu untuk pertumbuhan ekonomi 2026 meliputi inflasi di kisaran 1,5-3,5 persen, nilai tukar Rp 16.500-Rp 16.900 per dolar AS, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun pada rentang 6,6 persen-7,2 persen, serta harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan antara USD 68 hingga USD 80 per barel.
Setelah paparan Sri Mulyani, Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyampaikan proyeksi yang lebih optimistis.
Bappenas menargetkan pertumbuhan ekonomi 2026 sebesar 6,3 persen, sebagai bagian dari peta jalan menuju target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.