ARTICLE AD BOX

HiPontianak - Duka mendalam keluarga almarhum Kodam (42), warga Dusun Binda, Desa Kayu Dujung, Kecamatan Ketungau Tengah, kian terasa pedih. Bukan hanya kehilangan orang tercinta, mereka juga harus menghadapi kenyataan pahit: jenazah Kodam terpaksa ditandu sejauh 3–4 kilometer akibat jalan rusak parah yang tak bisa dilalui kendaraan.
Kodam diduga mengalami serangan jantung saat berada di Merakai, tempat ia biasa singgah untuk berbelanja. Ia sempat dibawa ke Puskesmas Merakai, namun nyawanya tak tertolong. “Menurut pihak puskesmas, beliau sudah meninggal sebelum tiba di sana,” ungkap Anggota DPRD Sintang, Andri Sugianto.
Ironisnya, kesedihan keluarga semakin bertambah karena jenazah tidak bisa langsung dipulangkan. Jalan HTI–Mengerat, satu-satunya akses menuju kampung, berubah menjadi lautan lumpur. Kendaraan sama sekali tak dapat melintas.
“Semalam beliau meninggal, tapi kendaraan tak ada yang bisa lewat. Baru keesokan pagi warga bersama aparat TNI gotong royong memikul jenazah dari Terminal Merakai hingga ke titik jalan yang bisa dilalui kendaraan,” terang Andri.
Pemandangan memilukan itu menorehkan luka di hati warga: jenazah seorang ayah, anak, dan saudara, dipikul di atas tanah berlumpur sejauh berkilometer hanya karena jalan menuju kampung dibiarkan rusak bertahun-tahun.
Andri menegaskan, kondisi jalan HTI–Mengerat sudah lama menjadi keluhan. Saat musim hujan, lumpur bahkan bisa mencapai lampu hingga kabin mobil. “Saya sudah sampaikan ke Pak Bupati, bahkan kirim video ke Pak Wakil Bupati. Tetapi sampai sekarang belum ada jawaban pasti kapan diperbaiki,” tegasnya.
Lebih jauh, Andri juga menyorot...